Thursday, January 12, 2023

Kemiripan MANUSIA dan KERA

Kemiripan MANUSIA dan KERA

101 SCIENCE

Semirip Itukah Manusia dan Kera?
CNN Indonesia
Jumat, 06 Jan 2023 07:33 WIB
Bagikan :  
Ilustrasi. Manusia punya kemiripan dengan kera. (HebiFot/Pixabay)

Jakarta, CNN Indonesia -- Manusia kerap diasumsikan masih satu keluarga atau keturunan monyet berdasarkan kemiripan genetik dan pembacaan sekilas terhadap teori evolusi Charles Darwin. Benarkah fakta ilmiahnya demikian?
Manusia dan hewan seperti kera dan monyet masuk ke dalam jenis primata, yakni salah satu ordo dalam kelas mamalia. Melansir situs American Museum of Natural History, keduanya memang punya kemiripan.

Karena berjenis primata, DNA manusia rata-rata 96 persen identik dengan DNA spesies primata yang menjadi kerabat terjauh. Sementara, tingkat kemiripan DNA dengan kerabat terdekat seperti simpanse dan kera bonobos mencapai 99 persen.

Selain itu, kebanyakan primata memiliki beberapa hal yang sama seperti ukuran otak yang besar, penglihatan lebih penting daripada penciuman, tangan yang beradaptasi untuk menggenggam, berumur panjang namun tumbuh perlahan, memiliki sedikit keturunan, dan berada di grup sosial yang kompleks.

Kendati memiliki beberapa kemiripan, manusia dan kera mengikuti jejak evolusi yang bereda. Robert Morris Sapolsky, profesor neurologi di Stanford University, dikutip dari Discover Magazine, mengungkap manusia berpisah jalan evolusi dengan simpanse dan kera bonobos sekitar 6 juta tahun lalu.

Selanjutnya, manusia berpisah dengan gorila sekitar 10 juta tahun lalu dan orang utan 14 juta tahun lalu.

Proses perubahan genetika
Selain itu, kemiripan DNA juga tak lantas menjadi alasan menyebut manusia keturunan monyet atau kera. Pasalnya, ada perubahan genetika yang berdampak signifikan.

DNA atau deoxyribonucleic acid tersusun dari hanya empat molekul yang disebut nukleotida: adenine (A), cytosine (C), guanine (G), dan thymine (T).

Kode DNA untuk setiap spesies terdiri dari miliaran huruf-huruf tersebut dalam urutan yang presisi. Jika, ketika DNA disalin di dalam sperma atau sel telur, sebuah nukleotida ternyata disalin dengan salah, itu menyebabkan mutasi.

Jika mutasi tersebut berlangsung terus-menerus dari generasi ke generasi, ia menjadi sebuah perbedaan DNA. Dalam genom yang melibatkan miliaran nukleotida, dua persen saja perbedaan dapat diterjemahkan ke dalam puluhan juta perbedaan ACGT.

Dua persen saja perbedaan tersebut bisa sangat luas tersebar. Manusia dan simpanse masing-masing punya sekitar 20 ribu hingga 30 ribu gen.

Alhasil, ada banyak perbedaan nukleotida dalam setiap satu gen. Gen sendiri berarti rangkaian nukleotida yang menentukan bagaimana satu protein yang berbeda harus dibuat.

Kesalahan menyalin nukleotida, yang menyebabkan gen kera dan manusia berbeda, itu tidaklah terjadi secara sengaja melainkan mengikuti sebuah pola.

Ada hal yang disebut 'faktor transkripsi' (transcription factors) yang mengaktivasi gen tertentu untuk merespons stimulus tertentu pula. Satu faktor transkripsi itu dapat mengaktivasi serangkaian gen yang terkait secara fungsional.

Genom (keseluruhan gen) simpanse dan manusia mengungkap sejarah dari beberapa perbedaan lainnya. Ketimbang mutasi sederhana, yang terjadi adalah mutasi sisipan (penghapusan, atau sisipan).

Mutasi sisipan itu bisa dilihat contohnya dari kalimat berikut. "Saya akan menyantap mousse (semacam kue) untuk hidangan penutup".

Namun karena terjadi mutasi penghapusan, kalimatnya bisa berubah menjadi "Saya akan menyantap mouse (tikus) untuk makanan penutup".

Berikutnya contoh mutasi sisipan: "Perempuan itu menolak saya untuk kencan setelah saya memintanya untuk boweling (buang air besar) dengan saya". Seharusnya kata boweling menjadi bowling (bermain bowling) namun karena disisipi huruf 'e' maknanya menjadi berubah jauh.

Selain soal perubahan gen, yang juga penting diamati adalah tempat ia terjadi di dalam genom. Pasalnya, untuk bisa bertahan dalam waktu yang lama, sebuah perubahan gen harus punya keuntungan evolusioner.

Ketika memeriksa 2 persen perbedaan antara manusia dan simpanse, gen yang diperiksa ternyata penting secara evolusi. Contohnya, simpanse lebih punya banyak gen yang berkaitan dengan indra penciuman daripada manusia.

Alhasil, kata Sapolsky, mereka lebih baik dalam hal mencium bau ketimbang manusia yang telah kehilangan banyak gen tersebut. Perbedaan 2 persen itu juga terdapat dalam gen yang berkaitan dengan imun.

Misalnya, soal perbedaan kerentanan simpanse dan manusia terhadap malaria.


 

Ad Placement